Makroekonomi untuk Investor: Indikator-Indikator yang Pengaruhi Arah Pasar Saham
- Muhammad Silvansyah Syahdi Muharram
- 13 Agu
- 2 menit membaca
Diperbarui: 26 Agu
Pergerakan pasar saham tak hanya ditentukan oleh laporan kuartal perusahaan atau sentimen berita, tetapi juga berbagai faktor makroekonomi.
Beberapa indikator seperti tingkat inflasi, suku bunga acuan, pertumbuhan produk domestik bruto, hingga neraca perdagangan kerap memengaruhi volatilitas pasar saham secara langsung (melalui dampak terhadap daya atau minat beli investor) ataupun tidak langsung (melalui dampak terhadap kinerja perusahaan).
Lantas, bagaimana tiap indikator makroekonomi berpengaruh kepada pasar saham?

Indikator Makroekonomi yang Berpengaruh pada Pasar Saham
Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Laju inflasi yang tak terkendali dapat menyebabkan ketidakpastian pasar dan penurunan daya beli investor.
Di sisi sektor saham tertentu, sektor ritel dan barang konsumen akan terdampak langsung dari penurunan daya beli masyarakat, sementara sektor manufaktur mengalami tekanan margin dan biaya operasional yang berujung pada merosotnya laba bersih. Namun, beberapa sektor seperti komoditas, energi, dan cyclical lainnya mungkin bisa diuntungkan.
Suku Bunga Acuan
Suku bunga acuan masih erat hubungannya dengan inflasi. Karena untuk mengendalikan tingkat inflasi yang terlalu tinggi, pemerintah cenderung menaikkan suku bunga.
Pasar saham secara umum bakal lebih stabil pada kondisi suku bunga rendah. Jika suku bunga tinggi, biaya kredit perusahaan akan membengkak dan memengaruhi penurunan nilai sekarang dari arus kas masa depan serta valuasi saham.
Suku bunga yang tinggi juga membuat obligasi dan produk pendapatan tetap (fixed-income) lebih menarik sehingga menyebabkan aliran modal keluar dari saham. Hal sebaliknya akan terjadi ketika suku bunga kembali rendah alias dipangkas.
Produk Domestik Bruto
PDB atau GDP (Gross Domestic Product) adalah ukuran keseluruhan suatu aktivitas ekonomi. Pertumbuhan PDB yang positif menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang kuat pula dan bisa meningkatkan kepercayaan investor untuk lebih agresif membeli saham.
Ketika PDB melemah, sektor industrial akan lebih sensitif, sedangkan sektor defensif cenderung tahan fluktuasi.
Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan merupakan selisih antara nilai ekspor dan impor sebuah negara. Surplus neraca perdagangan (nilai yang positif) menunjukkan kinerja ekspor yang baik alias lebih tinggi daripada impor.
Permintaan ekspor yang solid akan memperkuat mata uang domestik dan cadangan devisa serta meningkatkan pendapatan perusahaan eksportir. Sebaliknya, jika performa ekspor kurang bagus hingga neraca perdagangan mengalami defisit, kepercayaan investor bakal ikut menurun dan memengaruhi arah pasar saham.
Which macroeconomic indicators do you often use as a reference when making investment decisions?
Inflation
Benchmark Interest Rate
Gross Domestic Product (GDP)
Trade Balance
Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi, bukan rekomendasi membeli atau menjual saham tertentu. PT KAF Sekuritas Indonesia berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).




Komentar