Setelah ditutup pada Jumat, 29 Desember 2023, perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali resmi dibuka per Selasa, 2 Januari 2024. Pergantian tahun menjadi momentum bagi para pelaku pasar modal untuk membuka lembaran baru portofolio yang lebih menguntungkan.
Fenomena yang berkaitan erat dengan pergantian tahun bursa antara lain adalah window dressing dan January effect. Lantas, apa sebenarnya makna dari kedua istilah tersebut?
Window Dressing: Kiat Percantik Kinerja
Setiap kuartal, perusahaan terbuka (emiten) merilis laporan keuangan mereka. Laporan keuangan adalah salah satu indikator analisis fundamental yang menjadi pertimbangan investor dalam memilih saham suatu perusahaan.
Oleh karena itu, khususnya di kuartal terakhir alias akhir tahun, emiten sebisa mungkin akan “memoles” laporan keuangan perusahaan dengan upaya-upaya berupa penundaan pembayaran kewajiban, pengakuan pendapatan, dan lain-lain demi bisa mempertahankan maupun menarik investor baru. Itulah yang disebut window dressing.
Window dressing tak hanya dilakukan oleh emiten, tetapi juga manajer investasi. Dalam hal ini, seorang manajer investasi “mempercantik” portofolio klien mereka jika kinerjanya dalam satu tahun tidak sesuai target. Manajer investasi akan menjual saham yang mengalami penurunan nilai dan berusaha menutup kerugian dengan membeli saham baru yang bisa menghasilkan return dalam jangka pendek.
January Effect sebagai Efek Domino
Dampak window dressing akan berlanjut hingga setidaknya dua pekan pertama Januari di mana harga saham cenderung mengalami kenaikan, termasuk saham dari perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang kecil. Hal ini dikenal dengan istilah January effect sesuai waktu terjadinya fenomena tersebut.
Selain efek dari window dressing, January effect juga memiliki beberapa pemicu lain seperti optimisme dan sentimen positif investor terhadap pasar modal, ketersediaan dana investasi dari bonus akhir tahun, dan sebagainya.
Menyikapi Window Dressing & January Effect
Penting dicatat bahwa fenomena window dressing dan January effect harus disikapi secara bijak oleh investor. Pasalnya, baik window dressing ataupun January effect merupakan anomali yang bisa terjadi dan bisa juga tidak. Investor dapat melakukan langkah-langkah berikut untuk menghadapinya.
Perkuat analisis fundamental selain laporan keuangan perusahaan, misalnya bagaimana prospek pertumbuhan sektor.
Teliti likuiditas dari saham-saham dengan kapitalisasi pasar kecil.
Diversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko volatilitas harga saham.
Evaluasi ulang portofolio agar tetap sesuai dengan tujuan awal investasi.
Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi, bukan rekomendasi membeli atau menjual saham tertentu. PT KAF Sekuritas Indonesia berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Comments